Medard Boss
Medard Boss (4 Oktober 1903 – 21 Desember 1990) merupakan salah satu tokoh psikolog eksistensial.[1][2] Ia menghabiskan masa mudanya di Zurich, pusat aktivitas psikologi kala itu.[1][2] Ia menerima gelar dokter dari Universitas Zurich pada tahun 1928 dan kemudian bergabung dengan Carl Jung.[1][2] Setelah itu, ia melanjutkan studi ke Paris dan Wina di bawah pengaruh Sigmund Freud.[1][2] Ia pernah bekerja di rumah sakit Burgholzil sebagai asisten Eugen Bleuler. Beberapa tahun di sana, ia kemudian pindah ke Berlin dan London.[1][2] Salah satu buku karangannya ialah The Analysis of Dreams dan I Dream Last Night.[1]
Boss memiliki pandangan tentang dasar-dasar psikologi eksistensial.[1] Menurutnya, ide yang dipergunakan manusia untuk menyikapi dunia dengan segala macam ekspektasi yang belum terbentuk jelas, sangat berbeda dengan pandangan dasar eksistensialis bahwa dunia bukanlah sesuatu yang kita tafsirkan, melainkan dunia yang menampilkan dirinya kepada kita di bawah "cahaya" Dasein (sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Heidegger yang berarti "ada-di-dunia").[1][2]
Analogi cahaya sangat penting dalam teori Boss. Menurut Boss, Dasein merupakan limpahan cahaya yang menerangi segala sesuatu.[1] Contohnya, ia memakai kata fenomena (phenomenom) yang secara harfiah berarti bersinar atau menyeruak dari kegelapan.[1] Contoh lainnya ialah pertahanan psikologis yang mana bagi Boss merupakan persoalan tidak tersinarinya aspek-aspek tertentu dari kehidupan dan psikopatologis hampir sama dengan memilih kehidupan dalam kegelapan.[1]
Boss juga utarakan konsep keterbukaan yang dibangun atas dasar bagaimana seseorang berhubungan dengan tubuhnya sendiri.[1] Keterbukaan seseorang terhadap dunia akan diekspresikan oleh keterbukaannya secara badaniah dan bagaimana orang tersebut menggunakan tubuhnya terhadap dunia.[1] Inilah yang oleh Boss disebut dengan penubuhan keluar (bodying forth).[1]
Menyangkut hubungan yang dijalin seseorang dengan orang lain (sesama), Boss menjelaskan bahwa manusia bukanlah individu-individu yang terkurung di dalam tubuh masing-masing.[1] Manusia hidup bersama dalam sebuah dunia dan saling memberi sinar satu sama lain.[1] Intinya, eksistensi manusia adalah eksistensi bersama.[1]
Konsep eksistensialis lain yang menjadi perhatian Boss ialah mood atau keselarasan irama.[1] Menurut Boss, sewaktu seseorang menyinari dunia dengan eksistensinya, orang tersebut juga menyinari hal tertentu lebih dari hal lain, atau menyinari dengan sinar yang berbeda.[1] Menjelaskan hal itu, Boss mengambil contoh seseorang yang sedang marah.[1] Orang yang sedang marah akan menyelaraskan irama mood marah itu kepada hal-hal lain seperti pikiran dan tindakan.[1] Orang itu juga akan melihat segala hal berwarna merah.[1] Sebaliknya, jika seseorang berada dalam mood yang senang dan bahagia, maka ia akan menyelaraskan kepada hal-hal lain, seperti senyum, raut muka yang cerah, dan sebagainya.[1] Dunia sekellingnya pun menjadi cerah.[1] Jika seseorang sedang lapar, maka segala sesuatunya terlihat seolah-olah makanan. Jika seseorang sedang cemas, maka segala hal akan terasa seperti ancaman.[1]
Boss merupakan satu dari sekian banyak psikolog eksistensialis yang mempelajari mimpi dan menganggapnya sebagai bagian terpenting dari sebuah terapi.[1] Menurut Boss, untuk mengetahui makna dari suatu mimpi ialah dengan cara membiarkan mimpi itu sendiri memperlihatkan maknanya.[1] Dalam pemahamannya, tidak ada yang tersembunyi di balik simbol.[1] Mimpi sejatinya memperlihatkan pada manusia bagaimana cara menyinari hidup yang sedang dijalani.[1]
Boss menggambarkan dengan sederhana bagaimana mimpi memperlihatkan maknanya.[1] Jika seseorang merasa terjebak, maka orang tersebut itu akan bermimpi terperosok ke dalam lubang.[1] Jika seseorang merasa bebas, maka orang itu akan bermimpi terbang.[1] Jika seseorang merasa bersalah, maka orang itu akan bermimpi tentang dosa.[1] Jika seseorang merasa takut, maka orang itu akan bermimpi dikejar binatang-binatang buas.[1]
Lihat Pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah (Indonesia) C. George Boeree. 2008. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prismasophie. Hlm. 333, 334, 335
- ^ a b c d e f (Indonesia) Calvin S. Hall & Gardner Lindsey. 1993. Psikologi Kepribadian 2: Teori-Teori Holistik (Organismik - Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius Hlm. 9, 176